Skip to main content

Posts

Showing posts from July 23, 2009

Bila Rasa Malu Hilang Dari Wanita

Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Bertambahnya karena ketaatan dan berkurangnya karena kemaksiatan. Semakin banyak seseorang melakukan ketaatan maka semakin bertambah pula keimanannya. Ketika keimanan seseorang semakin bertambah maka ia akan mendapatkan banyak kebaikan. Tak sedikit wanita di masa sekarang ini yang telah menanggalkan rasa malunya dari cara dia berbusana, bergaul, dan bergaya hidup modern lainnya inilah gambaran fenomena kehidupan saat ini.” Sifat malu itu adalah bagian dan akhlak mulia, bahkan merupakan cabang dari keimanan. Sifat malu memang identik dengan wanita karena merekalah yang dominan memilikinya. Namun sifat malu tidak mutlak milik kaum hawa, laki-laki pun memilikinya. Adanya sifat malu pada diri seseorang akan mendorongnya kepada kebaikan dan mencegahnya kepada kejahatan. Bila rasa malu itu telah hilang, ia akan jatuh dalam perbuatan maksiat dan dosa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Termasuk yang diperoleh manusia dari ucap

Manhaj Bukan Figuritas!!!

Pondasi tarbiyyah yang amat penting adalah hendaknya seorang da`i bersungguh-sungguh dalam tarbiyyah, dengan cara menguatkan hubungannya dengan Allah Subhanahu Wata'ala. Hendaknya ke kokohan hubungan tersebutpun dijalin dengan manhaj-Nya, bukan bergantung kepada manusia, karena manusia sangat dipastikan dapat berubah. Sedangkan Allah Subhanahu Wata'ala adalah Dzat Yang Maha Hidup, tidak akan mati ataupun berubah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata'ala: “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan ” [QS. ar-Ra h mā n (55): 29] Sesungguhnya masalah ketergantungan kepada figuritas memiliki sisi negatif, di an-taranya: Seseorang dapat berubah dikarenakan perubahan sosok figurnya. Oleh karena itu al Qur’an datang untuk mengikrarkan ha kekat utama tersebut; yaitu hakikat bergantung atau berpegang kepada manhaj dan mem- buang bergantung kepada figuritas, walau- pun mereka seorang rasul. Di dalam surat