Dalam sebuah hadits
disebutkan bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 kelompok keagamaan, semuanya
sesat dan hanya 1 kelompok yang selamat. Mereka yang selamat adalah yang berpegang dengan ajaran
Rosululloh dan para Sahabatnya, inilah yang disebut para ulama dengan istilah Ahlussunnah
wal Jamaah.
Para Sahabat belum menggunakan istilah ini, sebab istilah Ahlussunnah wal Jamaah baru dipopulerkan ketika munculnya bid’ah. Sehingga istilah Ahlussunnah wal Jamaah diperlukan untuk membedakan mana kelompok yang benar dan mana yang salah.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya juz 1 hal. 84, Syarah Imam Nawawi bab Bayan Amal Isnad Minad Din dengan sanadnya yang shahih bahwa Muhammad bin Sirrin menyatakan,
Namun akhir-akhir ini ada kelompok yang menamakan diri sebagai Salafiyun sebagai nama manhaj, mereka mengklaim sebagai kelompok yang paling benar. Padahal istilah salafiyun sendiri adalah hal yang baru (bid’ah kah?).
Ada yang menggunakan istilah Salafiyun sebagai pengganti dari Ahlussunnah, namun ada pula yang hanya menjadikan salafy sebagai sinonim dari Ahlussunnah, keduanya tak memiliki dasar yang kuat. Jika mereka menggunakan istilah salafy namun prinsip beragama sesuai dengan para salafus solih (Sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) maka hal itu tak jadi persoalan besar.
Namun akan menjadi persoalan yang berbahaya jika ajaran mereka hanya sebagian saja yang sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah, sedangkan sebagian lainnya tercampur dengan manhaj selainnya, baik mereka sadari ataupun tidak, inilah yang disebut dengan Salafy Sempalan (Bukan ajaran Salafus Soleh).
Ciri-ciri Salafy sempalan.
Para penuntut ilmu perlu kiranya mengetahui hakikat salafyun sempalan agar terhindar dari syubhat mereka, di antara ciri nya adalah :
1. Menerapkan al-wala wal baro' hanya sesama kelompoknya, saling mencintai sesama kelompoknya dan saling membenci umat Islam di luar kelompoknya. Mengucapkan salam hanya kepada kelompoknya.
2. Mentahdzir siapapun yang tidak mereka sukai dengan hawa nafsunya
3. Menakut-nakuti Umat dengan kalimat Surury, Qutby, Hizby dan lain sebagainya tanpa menjelaskan hakikatnya.
4. Dalam hal iman, mereka lebih dekat ke manhaj murji’ah dan merujuk kepada Ulama Murji'ah (Ali Hasan al-Halaby, dan DR. Khalid al-Anbary) yang sudah ditahdzir oleh Lajnah Da'imah Saudi.
5. Bersikap keras kepada sesama da'i, namun bersikap lembek terhadap penguasa. Terhadap penguasa sangat menjaga lisan, tetapi kepada sesama da'i lisan mereka sangat lancar mencaci maki.
6. Aqidah dalam al-wala dan baro' sangat rancu dan bingung. Para Mujahidin yang sedang berjihad melawan Zionis, Syi'ah dan Amerika di timur tengah menurut mereka adalah para ahlul bid'ah, sehingga cacian mereka terhadap pejuang itu sangat terang-terangan tak tahu malu, tak kenal waktu dan tempat.
7. Memiliki sifat hizbiyah atau fanatik kelompok, mereka hanya mau menerima ilmu dari kelompoknya saja, dan merasa para da'i dan ulama mereka pasti benar, walaupun ada pendapat lain yang lebih benar, tetapi kebenaran itu ditolak karena bukan berasal dari kelompoknya.
Fakta-fakta ini sudah diketahui para penuntut ilmu sunnah, dan ahlamdulillah saat ini sudah banyak yang sadar akan bahaya sifat dan manhaj porak poranda dari kelompok Salafiyun Sempalan.
Para Sahabat belum menggunakan istilah ini, sebab istilah Ahlussunnah wal Jamaah baru dipopulerkan ketika munculnya bid’ah. Sehingga istilah Ahlussunnah wal Jamaah diperlukan untuk membedakan mana kelompok yang benar dan mana yang salah.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Shahihnya juz 1 hal. 84, Syarah Imam Nawawi bab Bayan Amal Isnad Minad Din dengan sanadnya yang shahih bahwa Muhammad bin Sirrin menyatakan,
“Dulu para shahabat tidak pernah
menanyakan tentang isnad (urut-urutan sumber riwayat) ketika membawakan hadits
Nabi salallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ketika terjadi fitnah yakni
bid’ah mereka menanyakan, ‘sebutkan para periwayat yang menyampaikan kepadamu
hadits tersebut.’ Dengan cara demikian mereka dapat memeriksa masing-masing
para periwayat tersebut, apakah mereka itu dari ahlus sunnah atau
ahlul bid’ah. Bila dari ahlus sunnah diambil dan bila ahlul
bid’ah ditolak.”
Namun akhir-akhir ini ada kelompok yang menamakan diri sebagai Salafiyun sebagai nama manhaj, mereka mengklaim sebagai kelompok yang paling benar. Padahal istilah salafiyun sendiri adalah hal yang baru (bid’ah kah?).
Ada yang menggunakan istilah Salafiyun sebagai pengganti dari Ahlussunnah, namun ada pula yang hanya menjadikan salafy sebagai sinonim dari Ahlussunnah, keduanya tak memiliki dasar yang kuat. Jika mereka menggunakan istilah salafy namun prinsip beragama sesuai dengan para salafus solih (Sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in) maka hal itu tak jadi persoalan besar.
Namun akan menjadi persoalan yang berbahaya jika ajaran mereka hanya sebagian saja yang sesuai dengan ahlussunnah wal jamaah, sedangkan sebagian lainnya tercampur dengan manhaj selainnya, baik mereka sadari ataupun tidak, inilah yang disebut dengan Salafy Sempalan (Bukan ajaran Salafus Soleh).
Ciri-ciri Salafy sempalan.
Para penuntut ilmu perlu kiranya mengetahui hakikat salafyun sempalan agar terhindar dari syubhat mereka, di antara ciri nya adalah :
1. Menerapkan al-wala wal baro' hanya sesama kelompoknya, saling mencintai sesama kelompoknya dan saling membenci umat Islam di luar kelompoknya. Mengucapkan salam hanya kepada kelompoknya.
2. Mentahdzir siapapun yang tidak mereka sukai dengan hawa nafsunya
3. Menakut-nakuti Umat dengan kalimat Surury, Qutby, Hizby dan lain sebagainya tanpa menjelaskan hakikatnya.
4. Dalam hal iman, mereka lebih dekat ke manhaj murji’ah dan merujuk kepada Ulama Murji'ah (Ali Hasan al-Halaby, dan DR. Khalid al-Anbary) yang sudah ditahdzir oleh Lajnah Da'imah Saudi.
5. Bersikap keras kepada sesama da'i, namun bersikap lembek terhadap penguasa. Terhadap penguasa sangat menjaga lisan, tetapi kepada sesama da'i lisan mereka sangat lancar mencaci maki.
6. Aqidah dalam al-wala dan baro' sangat rancu dan bingung. Para Mujahidin yang sedang berjihad melawan Zionis, Syi'ah dan Amerika di timur tengah menurut mereka adalah para ahlul bid'ah, sehingga cacian mereka terhadap pejuang itu sangat terang-terangan tak tahu malu, tak kenal waktu dan tempat.
7. Memiliki sifat hizbiyah atau fanatik kelompok, mereka hanya mau menerima ilmu dari kelompoknya saja, dan merasa para da'i dan ulama mereka pasti benar, walaupun ada pendapat lain yang lebih benar, tetapi kebenaran itu ditolak karena bukan berasal dari kelompoknya.
Fakta-fakta ini sudah diketahui para penuntut ilmu sunnah, dan ahlamdulillah saat ini sudah banyak yang sadar akan bahaya sifat dan manhaj porak poranda dari kelompok Salafiyun Sempalan.
Anehnya kelompok sempalan ini merasa benar dan menghiasi
keburukan itu dengan sebutan "Jarh wa Ta'dil". Padahal istilah
Jarh wa Ta'dil adalah metode yang digunakan ahli hadits untuk
menguji kebenaran sebuah hadits dengan cara mengukur jati diri para perawi
hadits. Adapun para sempalan itu men-Jarh (mengkritik) setiap pihak yang tidak
mereka sukai dengan hawa nafsu mereka belaka.
Jauh sekali dari manhaj Ahli Hadits..!!
Jauh sekali dari manhaj Ahli Hadits..!!
Para korbannya adalah orang-orang yang kurang akal dan
lemah ilmu, atau ada juga da'i yang berilmu yang gemar ketenaran (sebagiannya
punya gelar Lc-Doktor) malah jadi "muqollid" ikut-ikutan dengan sifat
porak poranda ini dan berada di barisan mereka. Seperti merasa sangat takut
kehilangan pamor dan jama'ah, serta sangat takut apabila dipecat dari kelompok
salafiyun oleh para tokohnya, padahal mereka yang ditokohkan pun tidak punya
hak sama sekali untuk memecat.
Sadar atau tidak mereka sebenarnya adalah bagian dari system global yang sedang memporak-porandakan dakwah dan menggagalkan usaha-usaha membangun kembali kejayaan ummat.
Bagi yang sudah terlanjur Semoga mereka sadar, menghentikan manhaj memfitnah kepada para da'i. Kembalilah kepada manhaj Salafus Sholih dalam masalah Iman, dan tinggalkan manhaj murji'ah dalam hal ini. Ikutilah Ulama yang berjalan di atas Manhaj Salafusholih.
Peliharalah lidah anda jangan ikuti manhaj porak poranda. Abu Abdillah
Sadar atau tidak mereka sebenarnya adalah bagian dari system global yang sedang memporak-porandakan dakwah dan menggagalkan usaha-usaha membangun kembali kejayaan ummat.
Bagi yang sudah terlanjur Semoga mereka sadar, menghentikan manhaj memfitnah kepada para da'i. Kembalilah kepada manhaj Salafus Sholih dalam masalah Iman, dan tinggalkan manhaj murji'ah dalam hal ini. Ikutilah Ulama yang berjalan di atas Manhaj Salafusholih.
Peliharalah lidah anda jangan ikuti manhaj porak poranda. Abu Abdillah
Salam kenal pak yusuf
ReplyDeleteSemoga kita semua di jauhkan dari hal2 tersebut