Skip to main content

Iman Kepada Malaikat dan Kitab-Kitab

Ahlus Sunnah mengimani adanya Malaikat yang ditugaskan Allah di dunia dan di akhirat. Malaikat adalah alam ghaib, makhluk, dan hamba Allah Azza wa Jalla. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan Rububiyyah dan Uluhiyyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta memberikan ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu.

Dalil bahwa Malaikat diciptakan dari cahaya adalah hadits dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala, dan Adam diciptakan Alaihissalam dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.” [1]

Malaikat adalah makhluk Allah yang besar seperti disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, seperti sifat para Malaikat yang memikul ‘Arsy.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [At-Tahrim : 6]

Malaikat tidak membutuhkan makan dan minum, seperti kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam dengan tamu-tamu Malaikatnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tamu Ibrahim (Malaikat-malaikat) yang dimuliakan. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan: ‘Salaman,’ Ibrahim menjawab: ‘Salamun,’ (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarga-nya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang di-bakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: ‘Silahkan kamu makan.’ Tetapi mereka tidak mau makan karena itu Ibrahim merasa takut kepada mereka. Mereka ber-kata: ‘Janganlah kamu takut.’ Dan mereka memberi kabar gembira kepadanya (dengan) kelahiran seorang anak yang ‘alim (Ishaq).” [Adz-Dzaariyaat: 24-28]

Juga dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: ‘Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (Malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.’” [ Huud: 70]

Tentang ketaatan Malaikat, Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Dan Malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk beribadah kepada-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” [Al-Anbiyaa: 19-20]

Malaikat berjumlah sangat banyak, dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah.

Dalam hadits al-Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan dari Malik bin Sha’sha’ah Radhiyallahu ‘anhu, tentang kisah Mi’raj Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Allah telah memperlihatkan al-Baitul Ma’mur di langit kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tempat itu setiap hari didatangi oleh 70.000 Malaikat untuk mengerjakan shalat di sana. Setiap kali mereka keluar dari tempat itu, mereka tidak kembali lagi. [2]

Iman kepada Malaikat mengandung empat unsur:

1). Mengimani wujud mereka.

2). Mengimani nama-nama Malaikat yang kita kenali, seperti Jibril, Mika-il, Israfil dan juga nama-nama Malaikat lainnya yang sudah diketahui.

3). Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk. [3] Setiap Malaikat mempunyai sayap sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla.

"Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha-kuasa atas segala sesuatu.” [Faathir: 1]

Malaikat bisa saja menjelma menjadi seorang laki-laki, seperti yang pernah terjadi pada Malaikat Jibril ketika diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjumpai Maryam. Jibril menjelma menjadi seorang manusia yang sempurna.

4). Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah kita ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah kepada Allah Azza wa Jalla siang malam tanpa merasa lelah. [4]

Dan di antara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu, misalnya:

1). Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul.

2). Malaikat Mika-il yang diserahi tugas menurunkan hujan dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.

3). Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup Sangkakala di hari Kiamat dan di hari kebangkitan makhluk.

4). Malaikat Maut yang diserahi tugas mencabut nyawa seseorang.

5). Malaikat yang diserahi tugas menjaga Surga dan Neraka.

6). Malaikat yang ditugaskan meniupkan ruh pada janin dalam rahim, yaitu ketika janin telah mencapai usia 4 bulan di dalam rahim, maka Allah Azza wa Jalla mengutus Malaikat untuk menuliskan rizki, ajal, amal, celaka dan bahagianya, lalu meniupkan ruh padanya. [5]

7). Para Malaikat yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan manusia. Setiap orang yang dijaga oleh dua Malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang satunya lagi pada sisi kiri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"(Yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuataNnya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Qaaf: 17-18]

8). Para Malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit, yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua Malaikat yang bertanya kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya. [6]

IMAN KEPADA KITAB-KITAB
Ahlus Sunnah wal Jama’ah beriman dan meyakini dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah Azza wa Jalla telah menurunkan kepada para Rasul-Nya Kitab-kitab yang berisikan perintah, larangan, janji, ancaman dan apa yang dikehendaki oleh Allah terhadap makhluk-Nya, serta di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Rasul telah beriman kepada Al-Qur-an yang diturunkan ke-padanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang ber-iman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya.” [Al-Baqarah: 285]

Al-kutub adalah bentuk jamak dari kata kitaab yang berarti ‘sesuatu yang ditulis’. Namun yang dimaksud di sini adalah Kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah bagi seluruh manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mengguna-kan besi itu) dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan Rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa.” [Al-Hadiid: 25]

Iman kepada Kitab-kitab mengandung empat unsur:

1). Mengimani bahwa Kitab-kitab tersebut benar-benar diturunkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

2). Mengimani Kitab-kitab yang sudah kita kenali namanya, seperti Al-Qur-an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa Alaihissalam, Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa Alaihissalam, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud Alaihissalam, Shuhuf Ibrahim Alaihissalam dan Musa Alaihissalam. Adapun Kitab-kitab yang tidak kita ketahui namanya, maka kita mengimaninya secara global.

3). Membenarkan seluruh beritanya yang benar, seperti berita-berita yang terdapat di dalam Al-Qur-an, dan berita-berita Kitab-kitab terdahulu sebelum diganti atau sebelum diselewengkan.

4). Melaksanakan seluruh hukum yang tidak dinasakh (dihapus) serta rela dan berserah diri kepada hukum itu, baik kita memahami hikmahnya maupun tidak. Dan seluruh kitab terdahulu telah dinasakh oleh Al-Qur-anul Karim.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur-an dengan mem-bawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai ujian terhadap Kitab-kitab yang lain itu...” [Al-Maa-idah: 48]

Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan hukum apapun dari hukum Kitab-kitab terdahulu, kecuali yang benar dan ditetapkan oleh Al-Qur-anul Karim. [7]
_________
Footnotes
[1]. HR. Ahmad (VI/153) dan Muslim (no. 2996 (60)).
[2]. HR. Al-Bukhari (no. 3207, 3887), Muslim (no. 164) dan Ahmad (IV/207-208), dari Sahabat Malik bin Sha’sha’ah Radhiyallahu 'anhu
[3]. HR. Ahmad (I/460), sanadnya shahih. Lihat ‘Aalamul Malaa-ikah oleh Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar, cet. Darun Nafa-is, th. 1412 H.
[4]. Lihat QS. Al-Anbiyaa’: 19-20, ash-Shaaffat: 165-166, al-Mu’min: 7, dan asy-Syuura: 5.
[5]. HR. Al-Bukhari (no. 3208, 3332, 6594) dan Muslim (no. 2643), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu
[6]. Lihat Syarah Ushuulil Iimaan (hal. 27-31) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin. Pembahasan lengkap tentang Malaikat dapat dilihat dalam kitab ‘Aalamul Malaa-ikah, oleh Dr. ‘Umar Sulaiman al-Asyqar, cet. Darun Nafa-is, th. 1412 H.
[7]. Syarah Ushuulil Iimaan (hal. 32-33) oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin.

Comments

TULISAN PALING POPULER