Skip to main content

Maria Ozawa,Pornografi dan Remaja

Akhir-akhir ini Miyabi alias Maria Ozawa udah bikin kontroversi seputar rencana kedatangannya ke Indonesia. Siapa Maria Ozawa dan apa keperluannya datang ke Indonesia? Maria Ozawa ini meski ada nama “zawa” bukanlah orang Jawa (halah, apa hubungannya?), tapi wong Jepang,

Bro. Di negeri asalnya dan oleh para penggemarnya di seluruh dunia doi terkenal sebagai bintang film porno. Nah, rencana kedatangannya nanti pada tanggal 15 Oktober 2009, menurut ‘gosip’ di media massa yang udah berkembang sih Miyabi akan memenuhi undangan dari Maxima Picture untuk syuting film terbaru yang skenarionya ditulis Raditya Dika dengan judul “Menculik Miyabi”. Film ini menceritakan tiga orang mahasiswa yang terobsesi dengan arti film porno asal Jepang tersebut. Ketiga mahasiswa itu ingin menculik Miyabi ketika mereka tahu artis tersebut berada di Jakarta.

Sejak pertengahan September lalu udah heboh media massa ngeberitain rencana kedatangan Miyabi. Sampe-sampe MUI juga udah menolak rencana kedatangan artis film porno dari negerinya pemain sepakbola klub Espanyol, Shunsuke Nakamura ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan tujuan kedatangan Miyabi ke Indonesia harus ditelusuri. “Kalau dia (Miyabi) mau datang ke Indonesia, dilihat dulu tujuannya apa. Kalau mau main film porno ya kita tolak dengan tegas karena merusak kepribadian bangsa ini,” kata Ketua MUI, Amidhan Shaberah kepada VIVAnews, Kamis 24 September 2009.

“Sebaiknya janganlah menggunakan bintang porno itu. Walaupun filmnya tidak porno tapi kan bintangnya porno. Kecuali kalau sudah berhenti jadi bintang porno,” kata Ketua MUI Ma’ruf Amin saat dihubungi detikcom, Jumat (18/9/2009, detiknews.com)

Menurut beliau, meski film yang akan dibintangi Miyabi itu bukan film porno, tapi citra di masyarakat sudah terbentuk bahwa Miyabi adalah bintang porno. Masyarakat akan punya kesan kurang baik terhadap film tersebut.

Oya, selain yang menolak kedatangannya, yang dukung juga ada lho. Dari diskusi-diskusi yang beredar di internet melalui mailing list, blog dan website memang terjadi pro-kontra. Sebagian dari mereka yang kontra berpendapat bahwa dengan menerima kedatangan Miyabi, berarti menyetujui apa yang dilakukan artis film porno itu. Memberikan ijin untuk datang dan bermain film di sini, secara tidak langsung menghormati dan mengamini profesi yang selama ini dijalani Miyabi. Dengan menolaknya, setidaknya kita tidak setuju dengan perbuatannya. Demikian intisari pendapat yang berserakan di internet yang menolak kedatangan Miyabi.

Lain lagi dengan yang mendukung. Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa Raditya Dika (penulis buku “Kambing Jantan” dan juga rencananya menjadi pemain utama di film yang akan dibuatnya dengan judul “Menculik Miyabi”) itu orangnya kreatif. Karena judul filmnya menyisipkan nama Miyabi, maka Raditya Dika dan Maxima Picture berencana menghadirkan langsung artis tersebut. Jadi wajar menurut mereka. Sebagian lagi berpendapat bahwa jangan sampe diskriminasi. Yang dibenci kan perbuatannya, bukan orangnya. Demikian kesimpulan pendapat dari mereka yang mendukung rencana kedatangan Miyabi. BTW, sekadar tahu aja, meski Miyabi artis porno, tapi doi ngelarang sang pacar menonton film dirinya. Lho, kok?

Terus, ngapain kita ngebahas di buletin gaulislam ini? Hehehe.. awalnya saya juga nggak mau ikut-ikutan ngeramein yang beginian. Tapi untuk memberikan informasi dari sudut pandang Islam berkaitan dengan masalah ini, maka gaulislam ‘kepaksa’ deh ikutan juga bahas. Mudah-mudahan ada manfaatnya dan mampu mendudukkan persoalan sebagaimana mestinya.

Ini negara sekuler, Bro!
Di negeri kapitalis nan sekuler ini, kita dituntut untuk lebih banyak ‘memaklumi’ dan mungkin saja kudu kompromi dengan kondisi yang ada. Maklum, sekularisme membolehkan orang untuk berprinsip permisif alias serba boleh bahkan silakan saja jika mau memeluk erat budaya hedonisme. Sah-sah saja dalam aturan sekularisme. Tak boleh ada yang ngelarang dan tak boleh ada yang cerewet ngomongin.

Itu sebabnya, tak elok dalam pandangan sekularisme jika kita petantang-petenteng untuk memaksa orang lain tunduk dengan keinginan kita. Termasuk kasus hendaknya datangnya artis porno asal Jepang bernama Miyabi, atas nama HAM dan demokrasi, sangat boleh jadi yang mengundangnya akan nekat jalan terus meski banyak yang protes. Iya nggak sih?

Sobat muda muslim, kayaknya kudu pada sadar bahwa selain kasus Miyabi ini, pornografi udah bejibun banget di sini. Kita emang prihatin, sedih, dan sekaligus kesal dengan kenyataan ini. Karena setiap hari kita nyaris digempur dengan banyaknya visualisasi dan bacaan bernuansa pornografi dan pornoaksi.

Ini nggak boleh dibiarin. Harus segera dicari solusinya. Nah, satu-satu jalan supaya bisa tenang dalam hidup ini adalah dengan menggusur sekularisme dari kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Lalu menghadirkan Islam sebagai ideologi negara. Tanpa itu, aksi maksiat akan tetap marak, dan aksi dari sebagian kalangan umat Islam yang sudah kesal karena maksiat dibiarkan, akan terus digelar. Betul ndak?

Nggak tahu, ya belajar yuk!
Emang sih, nggak semua dari kita nyadar kalo kita nih berada dalam kehidupan yang sekuler. Sebetulnya ketidaksadaran sebagian temen-temen juga tentang kondisi kehidupan saat ini adalah akibat dari praktik sekularisme yang udah diterapkan sejak lama. Misalnya nih, tanpa sadar orang jadi nafsi-nafsi alias nggak mau mikirin kehidupan orang lain. Egois banget gitu lho. Karena mereka menganggap bahwa urusan orang lain ya bukan urusan dirinya. Maka, jangan heran dong kalo kini banyak orang nggak mau dicampuri urusannya oleh orang lain. Jadinya ya, yang ngasih nasihat tuh kalo nggak diancem ya diiemin aja kayak dengerin radio butut. Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri.

Sobat, saya pernah dapetin keterangan dari salah seorang guru ngaji saya yang menyampaikan pendapat seorang ulama tentang tipe-tipe orang yang bisa kita temukan dalam kehidupan ini. Pertama, orang yang tahu dan dia tahu kalo dirinya tahu. Kelompok ini insya Allah bisa diajak berpikir. Malah tinggal bergandengan bersama untuk menciptakan kebaikan. Kedua, orang yang tahu kalo dirinya tidak tahu. Nah, ini relatif mudah untuk diajak baik. Sebab, dia udah tahu kalo dirinya nggak tahu. Maka caranya harus diajak belajar. Ketiga, orang yang tidak tahu kalo dirinya tahu. Orang-orang model gini kudu disadarkan tentang kondisi dirinya. Diingatkan tentang potensi yang dimilikinya. Keempat, orang yang tidak tahu kalo dirinya tidak tahu. Walah, ini namanya lumayan ngeyel dan parah. Apalagi kalo sampe doi sok tahu. Maka perlakuannya, orang-orang model gini kudu diajak supaya mau sadar dan belajar agar mampu mengolah pikir dan rasanya. Dari yang tadinya nggak tahu jadi tahu, gitu lho. Nah, setelah ngukur diri, kita masuk ke golongan yang mana nih?

Boys and gals, lagian nih, secara naluri aja kita malu nggak sih kalo keluar rumah nggak berpakaian? Kita belum bilang ini dilarang menurut agama dan dianggap biasa oleh sekularisme. Tapi kita pake alam pikiran kita sendiri sebagai manusia. Idealnya, manusia normal, gimana pun kurang ilmunya, kemungkinan besar ia akan malu jika keluar rumah telanjang. Apalagi jika kemudian ia melihat dan membandingkan dengan orang lain yang justru ada juga yang berpakaian rapi menutup aurat. Minimal banget, dia tuh heran dan berpikir: “Kok ada ya yang pake baju lengkap menutup aurat? Kenapa saya malah berpakaian seperti ini?” Wah, kalo udah bisa berpikir kayak gini T.O.P dah. Dua jempol buat doi.

Nah, memang sih, nggak bisa nyalahin seratus persen akibat sekularisme kita jadi rusak. Sebab, kenyataannya, sekularisme terus diterapkan, tapi banyak juga yang melawannya. Kenapa bisa begitu? Karena mereka yang melawan sekularisme mau belajar. Sebab, dengan belajar paling nggak kita dapetin tiga aspek. Pertama, aspek koginitif alias ilmu pengetahuan. Tadinya kita nggak tahu, tapi dengan belajar akhirnya jadi tahu. Kedua, aspek afektif alias perasaan (emosional). Sebelum belajar kita adalah orang yang penakut, tapi begitu belajar tentang keberanian akhirnya jadi pemberani. Tadinya tidak mau mengenakan pakaian yang menutup aurat, akhirnya jadi mau karena pas belajar dikasih tahu manfaat dan juga hukum-hukumnya terkait dengan ajaran agama kita. Ketiga, keuntungan lain dari belajar adalah berkembangnya aspek psikomotorik alias keterampilan. Tadinya nggak bisa, jadi bisa. Pilihan ada di tangan kita: Mau belajar atau mau tetap hidup semau gue dengan aturan yang suka-suka kita tanpa dibimbing kebenaran mutlak, yakni dengan aturan dari Allah Swt. dan RasulNya?

So, buat kita-kita semua, yuk kita belajar. Sebab, dengan belajar kita bisa dapetin ilmu. Allah Swt. memuji orang-orang yang beriman dan berilmu lho. Firman Allah Swt.: “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS al-Mujaadilah [58]: 11)

Sabda Rasulullah saw.: “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)

Sobat muda muslim, normalnya sih seseorang sebelum sampe ke tahap berpikir--yang dengannya bisa menentukan sikap dan tahu mana yang salah dan mana yang benar--sejatinya ia pasti melewati proses KLT alias Knowing (tahu), Learning (belajar), and Thinking (berpikir). Maka, buat yang nggak ngeh tentang pornografi, pasti sebetulnya ia tahu kalo ada perbedaan cara berpakaian dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Ada yang membuka aurat dan malah ada yang tertutup rapat tubuhnya ketika keluar rumah. Idealnya, proses dia “tahu” atau knowing itu ditindaklanjuti dengan learning alias belajar. Bertanya kepada yang tahu mengapa ada yang berpakaian memperlihatkan keindahan tubuhnya dan malah ada yang menutup rapat potensi keindahan tubuhnya. Jangan cuek aja. Udah ngerasa beda, ya jangan berani beda tanpa ilmu. Waduh, nggak banget deh.

Selanjutnya nih, bagi orang yang udah belajar rutin dan intensif, seiring dengan ilmu yang bertambah banyak, juga olah pikir dan rasanya yang kian bagus, maka dia insya Allah sampe ke tahap berpikir alias thinking. Di tahap ini, dia malah punya kelebihan. Selain mengamalkan ilmu dalam kehidupannya, juga ia mau ngajak orang lain agar sadar bahkan rela menanggung penderitaan agar orang lain sadar dan mengikuti ilmu yang diajarkannya.

Ilustrasi sederhana adalah: ketika kamu tahu kalo ada lubang di sebuah jalan. Maka ketika tahu kamu bakalan hati-hati melewati jalan tersebut. Karena sering lewat situ, akhirnya kamu belajar bagaimana caranya menghindari jalan itu meski pada malam hari. Kamu amati dan ingat tempat mana saja yang lubangnya berbahaya. Terakhir, kalo kamu sampe ke tahap berpikir adalah ketika kamu mulai memasang papan peringatan demi keselamatan orang lain, misalnya: “Hati-hati ada lubang!” Bahkan lebih keren lagi kamu lapor ke aparat setempat untuk memperbaiki jalan berlubang tersebut karena bisa membahayakan orang lain. Keren banget kan? So, perubahan itu adalah proses. Kamu pasti bisa melewatinya. Yakin aja.

Cuma masalahnya nih, proses itu aja belum cukup kalo belum ada kemauan. Bahkan mau aja belum maksimal kalo belum sadar. Jadi, sadar diri yuk. Cari tahu, biar nggak malu-maluin. Caranya, ya belajar biar tahu dan mau berpikir. Oke?

Membabat pornografi dan pornoaksi
Kalo dibiarin aja nggak bakalan selesai-selesai. Lihat aja penanganan yang selama ini dilakukan oleh Kapitalisme-Sekularisme, malah menjadikan kebebasan sebagai the way of life. Ideologi macam apa itu? Kok malah bikin sengsara umat manusia?

Sobat, sebagai sebuah ideologi, Islam punya cara penyelesaian terhadap masalah ini. Tentu, jika Islam diterapkan sebagai ideologi negara. Menurut Abdurrahman al-Maliki, “Barangsiapa yang mencetak atau menjual, atau menyimpan dengan maksud untuk dijual atau disebarluaskan, atau menawarkan benda-benda perhiasan yang dicetak atau ditulis dengan tangan, atau foto-foto serta gambar-gambar porno, atau benda-benda lain yang dapat menyebabkan kerusakan akhlak, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara sampai 6 bulan.” (Sistem Sanksi dalam Islam, hlm. 288-289)

Oya, hukuman tersebut termasuk dalam perkara ta’zir alias jenis dan bentuk hukumannya diserahkan kepada qadhi (hakim). Kalo emang tingkat bahayanya besar banget, bisa aja qadhi menghukum lebih lama atau bentuk hukuman lain, misalnya dicambuk.

Dan yang lebih gampang, lakukan mulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat kita: temen, keluarga. Tentu kita nggak mau kan diri dan lingkungan kita rusak karena racun pornografi. Percaya deh, pornografi nggak ada gunanya. Nggak perlu tuh ngintip-ngintip penasaran sama yang namanya pornografi. Jangan sampe kita berkoar-koar tentang pornografi tapi kalo nemu di depan mata diembat juga. Naudzubillah min dzalik.

Kapan dan di mana pun kita menemukan media yang berbau pornografi, jangan ragu-ragu untuk menghancurkannya (atau minimal meninggalkannya, cuekkin aja dah).. Jaga diri, jaga keluarga, dan teman-teman kita. Saling mengawasi dan mengingatkan bukan berarti ikut campur urusan orang lho, tapi kita menjaga diri dan lingkungan untuk menghindari kerusakan dan maksiat. Ok, guys?

BTW, kalo nanti Islam udah diterapkan sebagai ideologi negara, mereka yang ada di pedalaman seperti di Papua dan suku dayak lainnya, nggak bakalan dijadikan sebagai obyek wisata lho. Nggak kayak sekarang, mereka dianggap sebagai warisan budaya bangsa. Itu dzalim, karena seharusnya pemerintah memberikan pembinaan dan mendakwahi mereka agar mau hidup lebih mulia. Tapi nyatanya, malah dipelihara agar tetap jahiliyah seperti itu. Kasihan banget kan?

Oya, untuk kasus Maria Ozawa alias Miyabi, cuekkin aja dah. Sadar diri aja buat kita semua sebagai remaja muslim. Masalah doi belum seberapa. Jangan jadi fokus perhatian. Masalah utamanya adalah sistem kapitalisme-sekularisme dengan instrumen demokrasilah yang sudah menjadikan sebagian dari kita keropos kepibadiannya dan bejat akhlaknya. Mari, kita mengubah kondisi ini dengan Islam. Lebih cepat lebih baik untuk terapkan syariat Islam! Harus Pro dakwah Islam dan Lanjutkan perjuangan tegaknya Khilafah Islamiyah ini. Tetap semangat!


Comments

TULISAN PALING POPULER