Skip to main content

Syubhat Pengingkar Turunnya Al-Masih Isa


Pembaca yang budiman, ketika kita Mengkaji hal-hal yang sifatnya ghaib, seperti turunnya Nabi Isa 'alaihissalam di akhir zaman, tentu tak luput dari pro dan kontra. Karena sebagai bagian dari ranah keimanan, tentu itu semua tak bisa ditelisik hanya dengan mengandalkan indera manusia yang terbatas. Siapa yang tak mampu menundukkan akalnya di bawah kendali keimanan dan dalil yang shahih, niscaya ia akan berada di barisan pasukan pengingkar.

Di antara bentuk penyimpangan aqidah adalah pengingkaran atau tidak mengimani akan turunnya Isa ‘alaihissalam. Pengingkaran ini bisa dilakukan secara individual semacam yang dilakukan oleh Mahmud Syaltut, guru besar Universitas Al-Azhar Mesir, atau secara kelompok seperti sebagian kelompok Mu’tazilah serta orang-orang filsafat dan atheis.

Insya Allah pada rubrik Roddu Syubhat kali ini, kita akan menyebutkan beberapa syubhat berkaitan dengan pengingkaran turunnya Isa alaihissalam di akhir zaman, disertai dengan jawabannya.

Di antara alasan dan syubhat mereka dalam mengingkari turunnya Isa adalah:
Pertama: Bahwa hadits-hadits mengenai turunnya nabi isa itu palsu dan tidak masuk akal.
Adapun Jawabannya adalah: Bahwa hadits-hadits dalam hal ini sangat banyak. Bahkan para ulama menggolongkannya sebagai hadits mutawatir. Asy-Syaikh Hamud At-Tuwaijiri mengatakan bahwa jumlahnya mencapai lebih dari lima puluh hadits. Mayoritasnya shahih dan sebagian lagi hasan. Adapun anggapan mereka bahwa hadits-hadits ini tidak masuk akal, maka Asy-Syaikh At-Tuwaijiri juga telah menyanggahnya. Beliau mengatakan: “Adapun nalar yang lurus dan akal sehat yang selalu berjalan bersama kebenaran ke mana kebenaran itu mengarah, niscaya tidak akan ragu-ragu dalam menerima kebenaran yang datang dari Kitabullah atau yang secara mutawatir datang dari hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hal turunnya Al-Masih (Isa) di akhir zaman. Tapi nalar yang melenceng serta akal yang rusak, tidak akan segan-segan menolak kebenaran. Sehingga akal yang rusak serta pengusungnya itu tidak perlu diperhitungkan.”

Kemudian Pembaca yang budiman, Syubhat yang kedua adalah: Turunnya Isa itu mustahil, karena Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para nabi dengan nash Al-Qur`an.

Adapun Jawabannya adalah: Bahwa turunnya Isa di akhir zaman tidaklah membawa syariat yang baru. Tidak pula berhukum dengan Injil. Namun berhukum dengan syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ia menjadi salah satu umat ini. Jadi, Turunnya Isa tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Rasul terakhir adalah Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana Al-Imam Ahmad rahimahullahu meriwayatkan dengan sanad yang shahih sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim, dari Samurah bin Jundub radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi mengatakan:


إِنَّ الدَّجَّالَ خَارِجٌ -فَذَكَرَ الْحَدِيْثَ وَفِيْهِ- ثُمَّ يَجِيْءُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ عَلَيْهِمَا السَّلاَمُ مُصَدِّقاً بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّم وَعَلَى مِلَّتِهِ، فَيَقْتُلُ الدَّجَّالَ ثُمَّ إِنَّمَا هُوَ قِيَامُ السَّاعَةِ


“Bahwa Dajjal pasti keluar –lalu beliau melanjutkan haditsnya, dalam hadits itu–. Lalu datanglah Isa bin Maryam membenarkan Muhammad dan di atas agama Muhammad, kemudian setelah itu tegaklah hari kiamat.” (HR. Ath-Thabarani)

Syubhat yang selanjutnya adalah: Seandainya turunnya Isa itu termasuk prinsip iman, tentu itu akan disebut dalam Al-Qur`an dengan tegas.
Jawabannya yaitu: Semua yang telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik itu sesuatu yang telah terjadi atau yang akan terjadi adalah wajib kita imani. Dan ini merupakan realisasi dari syahadat Muhammad Rasulullah. Dan realisasi ini termasuk prinsip iman, di mana seseorang tidak menjadi seorang mukmin yang terlindungi darah dan hartanya hingga merealisasikan persaksian kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, berdasarkan sabda beliau:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tiada Ilah yang benar kecuali Allah, serta beriman denganku dan dengan apa yang aku bawa. Bila mereka melakukan itu maka mereka telah melindungi dariku darah dan harta mereka, kecuali dengan haknya. Dan hisabnya diserahkan kepada Allah.” (Shahih, HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Dan telah shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau memberitakan akan munculnya Imam Mahdi di akhir zaman, keluarnya Dajjal, serta turunnya Isa. Sehingga wajib mengimani hal itu sebagai bentuk bukti pembenaran terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى. إِنْ هُوَ إِلاَّ وَحْيٌ يُوْحَى

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya.” (An-Najm: 3-4)

Dan sebagai pengamalan terhadap firman-Nya:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

“…Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Al-Hasyr: 7)
Berdasarkan ayat-ayat tersebut, maka sangat jelas bahwa pada hakikatnya, setiap yang diucapkan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam pun termasuk wahyu yang bersumber dari Allah subhanahu Wata'ala. Maka apa pun yang dikabarkan oleh beliau wajib kita Imani, dan ini merupakan salah satu prinsip keimanan dan kebenaran syahadat kita. Maka kesimpulannya adalah: kita wajib mengimani akan turunya Isa alaihissalam di akhir zaman nanti, beliau turun bukan sebagai nabi, akan tetapi sebagai pengikut Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam, serta beliaupun akan mematahkan salib-salib yang disembah oleh kaum nasrani, serta menyeru mereka untuk mengikuti syari’at Muhammad shalallahu'alaihi wa sallam.

Demikianlah diantara syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh orang-orang yang lebih mengedepankan akal mereka dari pada wahyu, dan alhamdulillah, syubhat-syubhat mereka sudah terjawab, dan memang sebenarnya setiap syubhat mudah untuk dipatahkan jika kita memiliki keilmuan yang mendalam, hal ini dikarenakan, syubhat adalah sesuatu yang muncul dikarenakan kurangnya ilmu atau pemahaman terhadap Islam yang benar, Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memperdalam ilmu-ilmu agama Islam ini, agar keimanan kita semakin kuat dan tidak mudah diragukan oleh orang-orang memang bertujuan untuk menjauhkan Ummat islam dari agamanya.

Pembaca yang budiman, sampai disini pertemuan kita, semoga pembahasan kali ini bermanfaat, Wassalamu 'Alaiku Warahmatullah Wabarokaatuh.



Comments

TULISAN PALING POPULER