Skip to main content

Larangan Menyembunyikan Ilmu


Allah ta’ala berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاعِنُونَ * إِلا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [QS. Al-Baqarah : 159-160].

Al-Qurthubiy rahimahullah berkata :
أخبر الله تعالى أن الذي يكتم ما أنزل من البينات والهدى ملعون. واختلفوا من المراد بذلك، فقيل: أحبار اليهود ورهبان النصارى الذين كتموا أمر محمد صلى الله عليه وسلم، وقد كتم اليهود أمر الرجم. وقيل: المراد كل من كتم الحق، فهي عامة في كل من كتم علما من دين الله يحتاج إلى بثه،....... قوله تعالى: {مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ} الكناية في "بيناه" ترجع إلى ما أنزل من البينات والهدى. والكتاب: اسم جنس، فالمراد جميع الكتب المنزلة.
قوله تعالى: {أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ} أي يتبرأ منهم ويبعدهم من ثوابه ويقول لهم: عليكم لعنتي، كما قال للّعين: {وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي} [ص: 78]. وأصل اللعن في اللغة الإبعاد والطرد، وقد تقدم.
قوله تعالى: {وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ} قال قتادة والربيع: المراد "باللاعنون" الملائكة والمؤمنون. قال ابن عطية: وهذا واضح جار على مقتضى الكلام.

“Allah ta’ala telah mengkhabarkan orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk yang diturunkan Allah termasuk orang yang terlaknat. Para ulama berselisih pendapat maksud orang yang terlaknat tersebut. Dikatakan : Mereka adalah para rahib Yahudi dan pendeta Nashara yang menyembunyikan perkara Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang Yahudi juga telah menyembunyikan ayat rajam.[1] Dikatakan juga bahwa yang dimaksud orang yang terlaknat tersebut adalah orang yang menyembunyikan kebenaran. Dan hal itu berlaku umum bagi setiap orang yang menyembunyikan ilmu agama Allah yang seharusnya disebarluaskan….. Dan firman-Nya ta’ala : ‘Setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab’ ; merupakan kinayah dari kalimat : ‘setelah Kami menerangkannya’ yang kembali pada apa yang telah Allah turunkan berupa berbagai keterangan dan petunjuk. Adapun Al-Kitab merupakan kata jenis, yang mempunyai maksud semua kitab suci yang diturunkan oleh Allah…. Firman-Nya : ‘mereka itu dilaknati Allah’ ; maksudnya : Allah berlepas diri dari mereka dan menjauh dari mereka dari pahala, lalu Allah pun berfirman : ‘Wajib atas kalian akan laknat-Ku’ sebagaimana firman Allah : ‘sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu’ (QS. Shaad : 78). Dan asal kata dari laknat adalah menjauhi dan mengusir.

Firman-Nya ta’ala : ‘mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati’. Tentang ayat ini, Qataadah dan Ar-Rabii’ berkata : ‘Maksud dari kata al-laa’inuun adalah para malaikat dan orang-orang beriman. Ibnu ‘Athiyyah berkata : ‘Maknanya ini adalah jelas sesuai dengan maksud kalimat” [Al-Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’aan, 2/479-483 tahqiq : Dr. ‘Abdullah bin ‘Abdil-Muhsin At-Turkiy; Muassasah Ar-Risalah, Cet. 1/1427 – dengan peringkasan].
Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah berkata :
هذا وعيد شديد لمن كتم ما جاءت به الرسل من الدلالات البينة على المقاصد الصحيحة والهدى النافع للقلوب، من بعد ما بينه الله تعالى لعباده في كتبه التي أنزلها على رسله. قال أبو العالية : نزلتْ في أهل الكتاب، كتموا صفة محمد صلى الله عليه وسلم. ثم أخبر أنهم يلعنهم كلّ شيء على صنيعهم ذلك، فكما أن العالم يستغفر له كل شيء حتى الحوت في الماء والطير في الهواء - فهؤلاء بخلاف العلماء، فيلعنهم اللهُ ويلعنهم اللاعنون.......وجاء في هذه الآية أن كاتم العلم يلعنه الله والملائكة والناس أجمعون. واللاعنون ؤيضاًَ، وهم كل فصيح وأعجمي، إما بلسان المقال أو الحال، أو لو كان له عقل، أو يوم القيامة. والله أعلم. ثم استثى الله تعالى من هؤلاء من تاب إليه فقال : "إلا الذيين تابوا وأصلحوا وبيّنوا" أي : رجعوا عما كانوا فيه وأصلحوا أعمالهم وبينوا الناس ما كانوا كتموه. "فأولئك أتوب عليهم وأنَ التوّاب الرحيم". وفي هذا دلالة على أنّ الداعية إلى كفر أو بدعة أذا تاب إلى الله تاب الله عليه......
artinya:
“Ini merupakan peringatan yang keras bagi orang yang menyembunyikan apa saja yang diturunkan dengannya para Rasul, berupa ajaran dan petunjuk yang bermanfaat bagi hati, setelah Allah ta’ala terangkan kepada hamba-hamba-Nya sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan kepada para rasul-Nya. Abul-‘Aaliyyah berkata : ‘Ayat ini diturunkan kepada Ahli Kitab yang menyembunyikan sifat Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian Allah pun mengkhabarkan bahwasanya mereka dilaknat oleh segala sesuatu atas perbuatan yang mereka lakukan. Sebagaimana para ulama dimintakan ampun oleh segala sesuatu termasuk ikan yang di air dan burung yang terbang di udara; maka keadaan mereka kebalikan dari para ulama tersebut – yang Allah melaknatnya dan segala sesuatu yang bisa melaknat pun melaknatnya…… Dan dalam ayat ini juga diterangkan bahwasannya orang yang menyembunyikan ilmu akan dilaknat oleh Allah, para malaikat, dan seluruh manusia. Kemudian Allah ta’ala mengecualikan dari mereka siapa saja yang bertaubat kepada-Nya. Allah berfirman : ‘kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran)’ ; yaitu mereka kembali pada kebenaran, memperbaiki amal-amal mereka, serta menerangkan kepada manusia tentang apa yang telah mereka sembunyikan sebelumnya. Firman Allah : ‘maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang’ – dalam ayat ini terdapat pentunjuk bahwa orang yang mengajak pada kekufuran dan kebid’ahan apabila bertaubat kepada Allah, maka Dia akan menerima taubatnya.…. [‘Umdatut-Tafsiir, 1/279-280].

Rasulullah bersabda:
عن أبي هريرة قال : إن الناس يقولون أكثر أبو هريرة، ولولا آيتان في كتاب الله ما حدثت حديثا، ثم يتلو: {إن الذين يكتمون ما أنزلنا من البينات - إلى قوله - الرحيم}.......
Dari Abu Hurairah, ia berkata : “Orang-orang berkata : ‘Abu Hurairah terlalu banyak meriwayatkan hadits’. Jika saja bukan karena dua ayat dalam Kitabullah, niscaya aku tidak akan meriwayatkan hadits”. Kemudian ia (Abu Hurairah) membaca firman Allah : ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang’ (QS. Al-Baqarah : 159-160)…..” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 118].
Al-Haafidh Ibnu Hajar rahimahullah saat mengomentari hadits di atas berkata :
ومعناه: لولا أن الله ذم الكاتمين للعلم ما حدث أصلا، لكن لما كان الكتمان حراما وجب الإظهار، فلهذا حصلت الكثرة لكثرة ما عنده.
“Dan makna dari perkataan ‘jika saja bukan karena dua ayat’ adalah : Jikalau bukan karena Allah mencela orang-orang yang menyembunyikan ilmu, aku tidak akan meriwayatkan hadits sama sekali. Namun karena menyembunyikan ilmu itu adalah diharamkan dan harus disampaikan, maka ia pun banyak meriwayatkan karena banyak hadits yang ia miliki” [Fathul-Baariy, 1/214].
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال مثل الذي يتعلم العلم ثم لا يحدث به كمثل الذي يكنز الكنز فلا ينفق منه
Dari Abu Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Perumpamaan orang yang mempelajari ilmu kemudian tidak menyampaikannya adalah seperti orang yang menyimpan harta namun tidak menafkahkannya darinya (membayarkan zakatnya)” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath no. 689; shahih – lihat Ash-Shahiihah no. 3479].
عبد الله بن عمرو : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من كتم علما ألجمه الله يوم القيامة بلجام من نار
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak” [Diriwayatkan oleh Ibnu Hibbaan no. 96, Al-Haakim 1/102, dan Al-Khathiib dalam Taariikh Baghdaad 5/38-39; hasan].
عن أبي هريرة قال : قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم: "من سئل عن علمٍ فكتمه ألجمه اللّه بلجام من نارٍ يوم القيامة".
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Barangsiapa yang ditanya tentang satu ilmu lalu menyembunyikannya, niscaya Allah akan mengikatnya dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 3658, At-Tirmidziy no. 2649, Ath-Thayalisiy no. 2534, Ibnu Abi Syaibah 9/55, Ahmad 2/263 & 305 & 344 & 353 & 499 & 508, Ibnu Maajah no. 261, Ibnu Hibbaan no. 95, Al-Haakim 1/101, Al-Baghawiy no. 140, dan yang lainnya; shahih].
Al-Munawiy rahimahullah berkata :
فالحديث خرج على مشاكلة العقوبة للدنب وذلك لأنه سبحانه أخذ الميثاق على الذين أوتوا الكتاب ليبيننه للناس ولا يكتمونه. وفيه حث على تعليم العلم لأن تعلم العلم إنما هو لنشره ودعوة الخلق إلى الحق والكاتم يزاول إبطال هذه الحكمة وهو بعيد عن الحكيم المتقن ولهذا كان جزاؤه أن يلجم تشبيهاً له بالحيوان الذي سخر ومنع من قصد ما يريده فإن العالم شأنه دعاء الناس إلى الحق وإرشادهم إلى الصراط المستقيم
“Hadits tersebut berisi sanksi hukum atas sebuah dosa, karena Allah subhaanahu wa ta’ala telah mengambil perjanjian terhadap kaum yang diberikan Al-Kitab (Ahli Kitab) agar menerangkannya kepada manusia dan tidak menyembunyikannya. Padanya juga terdapat anjuran untuk mengajarkan ilmu, sebab menuntut ilmu bertujuan untuk menyebarkannya dan mengajak manusia kepada kebenaran. Adapun orang yang menyembunyikan ilmu pada hakekatnya telah membatalkan hikmah ini. Ia sangat jauh dari sifat bijaksana dan mutqin (kokoh dalam ilmu). Oleh karena itu, balasan baginya adalah dikekang sebagaimana hewan kekangan yang dipaksa dan dicegah dari apa yang dikehendakinya. Sesungguhnya kedudukan seorang ‘aalim (ulama) adalah mengajak manusia kepada kebenaran dan membimbing mereka kepada jalan yang lurus” [Faidlul-Qadiir, no. 8732].
Al-Khaththaabiy rahimahullah berkata :
هذا في العلم الذي يلزمه تعليمهُ إياه، ويتعين فرضه عليه، كمن رأى كافراً يريد الإسلام يقول : علمني، ما الإسلام ؟ وكمن يرى رجلاً حديث عهد بالإسلام، لا يُحسن الصلاة، وقد حضر وقتها، يقول : علمني كيف أصلي، وكمن جاء مستقياً في حلال و حرام يقول : أفتوني، وأرشدوني، فإنه يلزم في هذه الأمور أن لا يمنعوا الجواب، فمن فعل كان آثماً مُستحقاً للوعيد، وليس كذلك الأمر في نوافل العلم التي لا ضرورة بالناس إلى معرفتها، والله أعلم.
“Ini berlaku pada ilmu yang harus diajarkan kepada orang lain yang hukumnya fardlu ‘ain. Seperti halnya seorang yang melihat orang kafir yang ingin masuk Islam dan berkata : ‘Ajarkanlah aku, apa itu Islam ?’. Juga seperti orang yang baru saja masuk Islam yang tidak bagus shalatnya. Saat waktu shalat tiba, ia berkata : ‘Ajarkanlah aku, bagaimana aku melakukan shalat’. Juga seperti seseorang yang datang meminta fatwa dalam perkara halal dan haram. Ia berkata : ‘Berikanlah aku fatwa dan bimbinglah aku’. Barangsiapa yang menemui perkara-perkara seperti ini, hendaklah ia tidak menahan jawaban. Barangsiapa yang menahan jawaban, maka ia berdosa dan layak mendapatkan ancaman. Namun tidak demikian halnya dalam perkara ilmu yang disunnahkan dimana manusia tidak wajib mengetahuinya (yaitu tidak wajib memberi jawaban). Wallaahu a’lam [Syarhus-Sunnah oleh Al-Baghawiy, 1/302, tahqiq Syu’aib Al-Arna’uth & Muhammad Zuhair Syaawisy; Al-Maktab Al-Islaamiy, Cet. 2/1403].
Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah berkata :
تبليغُ العلم واجبٌُ، لا يجوزُ كتمانه، ولكنهم خصصوا ذلك بأهله، وأجازوا كتمانه عمن يكون مستعمداً لأخذه، وعمن يصر على الخطأ بعد إخباره بالصواب.
سُئل بعضُ العلماء عن شيء [من] العلم ؟ فلم يُجبْ، فقال السائل : أما سَمعتَ حديث : ((من علم العلماً فكتمه ألجم يوم القيامة بلجامٍ من نار)) ؟ فقال : اترك اللجام واذهب ! فإن جاء من يفقه وكتمتُه فَلْيُلْجمنيْ به.
“Menyampaikan ilmu adalah wajib, tidak diperbolehkan untuk menyembunyikannya. Akan tetapi hal itu dikhususkan bagi ahlinya (benar-benar menguasainya), dan diperbolehkan orang yang belum menguasai atau sering keliru untuk menyembunyikannya.
Sebagian ulama pernah ditanya tentang satu perkara ilmu, namun ia tidak menjawabnya. Maka orang yang bertanya itu berkata : ‘Bukankah engkau telah mendengar hadits : ‘Barangsiapa yang mengetahui satu ilmu namun menyembunyikannya, niscaya ia akan diikat dengan tali kekang dari api neraka di hari kiamat kelak’ ?’. Maka ulama tersebut menjawab : ‘Tinggalkanlah tali kekang dan pergilah !. Apabila ada orang yang mengetahui ilmu ini dan kemudian aku menyembunyikannya, maka ikatlah aku dengan tali kekang ini !” [Al-Ba’iitsul-Hatsiits, hal. 440, ta’liq : Al-Albaaniy; Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1417].
Memang benar yang dikatakan oleh Asy-Syaikh Ahmad Syaakir rahimahullah. Walaupun menyampaikan ilmu itu wajib, maka itu hanya dibebankan pada mereka mampu, berilmu, dan benar-benar menguasai pokok persoalan yang hendak disampaikan/ditanyakan. Jangan sampai seseorang berfatwa dan berbicara mengenai agama Allah tanpa landasan ilmu, padahal Allah ta’ala telah berfirman :
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui" [QS. Al-A’raaf : 33].
Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga risalah kecil ini ada manfaatnya.
sumber:http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/02/menyembunyikan-ilmu.html

Comments

TULISAN PALING POPULER