Telah setahun lewat, pergolakan di Suriah tak juga berhenti. Bahkan semakin
memanas. Damaskus yang pada masa silam merupakan ibu kota kekhilafahan Islam
dan pangkalan tentara Islam untuk bertolak menyebarkan dakwah Islam ke seluruh
penjuru bumi kini menjadi ajang pergolakan yang dahsyat dan memakan ribuan
jiwa-jiwa yang tak berdosa. Suriah yang dahulu dikenal dengan sebutan Syam
adalah wilayah yang sangat diberkati oleh Allah . Di bumi inilah para nabi dan rasul Allah diutus. Di bumi ini pula para
sahabat Rasulullah berjuang dan dimakamkan. Di wilayah ini
dimakamkannya pedang Allah, Khalid bin Walid , juga panglima kaum muslimin Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan para sahabat
yang lainnya. Syam telah dibuka dan ditaklukkan oleh tentara Islam pada zaman
Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq dalam sebuah perang yang sangat
bersejarah, perang Yarmuk. Sejak itu, Syam menjadi benteng yang tangguh bagi
Islam dan umatnya.
Dari sini bertolak
tentara-tentara Islam, dari sini pula menyebar peradaban Islam yang sangat
anggun dan menawan, sebuah peradaban yang menghiasi dunia pada abad-abad
pertengahan dengan cahaya hidayah dan ilmu pengetahuan. Di samping itu Syam
juga kaya dengan para ulama. Siapa yang tidak pernah mendengar nama-nama
masyhur seperti Umar bin Abdul ‘Aziz, al-Awza’i, an-Nawawi, Ibnu Taymiyah, Ibnu
Katsir, Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan serentetan ulama lainnya. Mereka adalah
para ulama besar yang dibesarkan di bumi Syam. Dan... di bumi Syam pula kelak
Nabi Isa diturunkan kembali ke dunia
sebagaimana diterangkan dalam hadits-hadits yang shahih.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang apa
yang kini terjadi di Suriah, kami dari Radio Fajri FM berhasil melakukan
wawancara tertulis dengan seorang delegasi pejuang Suriah yang sekaligus
aktivis Yayasan Hilal Ahmar, Syaikh Gahyyats Abdul Baqi. Berikut ini wawancara kami
dengan beliau.
Syaikh Gahyyats, bisakah Anda menerangkan
kepada kami, apa penyebab peristiwa yang sekarang terjadi dan sedang
berlangsung di Suriah? Dan apakah revolusi ini hanya mengangkat slogan-slogan
kebebasan dan hak-hak asasi manusia saja sebagaimana revolusi-revolusi lainnya
ataukah ia juga membawa misi Islam dan berupaya mengembalikan kejayaan Islam
seperti pada masa yang lalu?
Ghayyats: Sejak tahun 1963, Suriah berada di bawah pemerintahan
militer. Kemudian partai Ba'ats yang berhaluan sosialis berhasil merebut tampuk
kekuasaan di negeri Suriah. Kemudian Hafiz Asad yang berakidah Nushairiyah naik
sebagai presiden sejak tahun 1970. Setelah menjadi presiden, ia memasung
kebebasan pers dan menindas HAM. Serangannya terhadap Islam kian keras sejak
tahun 1980. Ia membunuh puluhan ribu jiwa dari kalangan ulama, da’i,
dosen-dosen perguruan tinggi dan para cendekiawan lainnya. Sementara, puluhan ribu
lainnya dipenjara. Dengan demikian tidak diragukan bahwa sejak puluhan tahun
Suriah berada di bawah kungkungan rezim yang zhalim. Kemudian, dalam rangka
membebaskan diri dari kezhaliman yang berat ini, bangkitlah rakyat Suriah untuk
melakukan revolusi pada tahun 2011. Rakyat ingin memperjuangkan hak-haknya
berupa keadilan dan kehormatan. Rakyat Suriah menghendaki agar Suriah kembali
kepada Islam yang hakiki. Mereka ingin mengangkat tinggi-tinggi Laa ilaaha
illallah Muhammad rasulullah.
Berapakah jumlah korban yang jatuh dalam revolusi ini?
Ghayyats: Sejak bulan Maret 2011 hingga akhir bulan Juni 2012 jumlah para syuhada’
yang gugur dari kalangan rakyat muslim Suriah mencapai lebih dari 20.000 jiwa.
Mereka adalah korban kejahatan rezim Basyar Asad. Mereka ini yang diketahui
jasad-jasadnya dan dikuburkan oleh para keluarga mereka. Akan tetapi terdapat
sejumlah besar jiwa –mencapai ribuan- yang hilang dan tidak diketahui oleh para
keluarga mereka, apakah mereka ini masih hidup di dalam penjara-penjara Basyar
Asad atau telah tewas dibunuh. Mereka ini benar-benar tidak diketahui rimbanya.
Termasuk dari kejahatan tentara Basyar Asad adalah mereka menggeledah rumah-rumah
sakit dan membunuh setiap pasien yang mereka duga dari kalangan para
demonstran. Oleh karena itu, para demonstran Suriah tidak mau melarikan
korban-korban mereka ke rumah sakit Suriah karena khawatir akan dibunuh oleh
para tentara Basyar Asad. Sehingga mereka memilih untuk membawa korban-korban
luka mereka ke rumah-rumah sakit di negeri tetangga seperti Turki dan Yordania.
Perjalanan ke negeri seberang tersebut membutuhkan waktu satu sampai dua hari.
Tidak jarang para korban meninggal di tengah perjalanan karena luka-luka yang
mereka alami cukup berat. Tentara Nushairiyyah Suriah menghadapi rakyat sipil
yang tak bersenjata dengan senapan-senapan otomatis dan bahkan senjata-senjata
berat seperti tank-tank dan misil (roket). Bahkan belakangan ini mereka juga
mengerahkan helikoter-helikopter tempur untuk memborbardir pusat-pusat
demonstrasi.
Jumlah kota dan desa yang digempur dengan tank-tank dan senjata berat
tentara Syi’ah Nushairiyah telah mencapai lebih dari 300 kota dan desa. Tak
terhitung jumlah rumah-rumah penduduk yang dihancur leburkan. Ratusan rumah-rumah
Allah pun ikut diruntuhkan dan dirusak. Puluhan ribu rakyat yang lemah
mengungsi dari Suriah untuk menyelamatkan nyawa dan kehidupan mereka. Lebih
dari 175.000 jiwa mengungsi ke Yordania. Ribuan yang lainnya mengungsi ke
Turki. Sebagian lagi ke Mesir dan negara-negara Arab lainnya. Tragedi yang
terjadi di Suriah mirip sekali dengan tragedi yang menimpa rakyat Bosnia
Herzegovina, bahkan lebih parah lagi.
Bisakah anda terangkan kepada kami tentang
akidah Nushairiyah yang menjadi idelogi para penguasa Suriah?
Ghayyats: Nushairiyah sebuah gerakan bathiniyah yang didirikan oleh
Abu Syu’aib Muhammad bin Nashr an-Numairi di Abad ke-3 H. Ia telah mengangkat
para imam pada derajat uluhiyyah (ketuhanan) dan ia sendiri mengklaim
sebagai nabi. Kemudian ia memasukkan pemikiran, tradisi dan ritual paganisme,
Majusi, Yahudi dan Nasrani sehingga menjadi akidah Nushairiyah. Sebagian mereka berkeyakinan bahwa Ali bin
Abi Thalib bersemayam di bulan. Di kota-kota
dan desa-desa Nushairiyah tidak didapati masjid atau mushalla. Mereka tidak
mengerjakan shalat 5 waktu, tidak berpuasa Ramadhan, tidak berhaji ke baitullah
al-haram dan juga tidak membayarkan zakat. Zina dan khomr menyebar luas di
kalangan mereka dan bahkan halal menurut mereka. Mereka membenci dan mencaci
para sahabat Rasulullah , khususnya Abu Bakar, Umar dan Utsman . Sebaliknya mereka mengagungkan Abu Lu’lu’ah al-Majusi, si pembunuh Umar
bin Khaththab . Juga mengagungkan dan mencintai Abdullah bin Saba’ al-Yahudi dan
Abdurrahman bin Muljam, si pembunuh Ali bin Abi Thalib . Nushairiyah senantiasa berdiri di samping musuh-musuh Islam (bahu membahu
dengan mereka) sejak masa Tartar, Dinasti Fathimiyah dan tentara salib yang
menjajah Palestina. Mereka juga berdiri menentang Khilafah Utsmaniyah. Tidak
hanya itu, mereka kaum Nushairiyah juga menjadi tentara dalam pasukan Prancis ketika
menjajah Suriah. Di samping itu, Nushairiyah juga melakukan kejahatan-kejahatan
dan tindakan kriminal terhadap Ahlus Sunnah sepanjang sejarah. Karena itu tidak
heran jika Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah pernah berkata, “Mereka (kaum
Nushairiyah) itu lebih kufur daripada kaum Yahudi dan Nasrani, serta bahaya
mereka terhadap kaum muslimin lebih besar daripada bahaya kaum Yahudi dan
Nasrani.”
Apakah benar Iran dan Hizbullah di Lebanon
membantu rezim yang berkuasa di Suriah? Jika benar, lalu bagaimana dengan sikap
negara-negara Arab dan Islam terhadap para pendukung revolusi?
Ghayyats: Iran, Hizbus Syaitan di Libanon dan
pemerintahan PM al-Maliki di Irak, kaum Rafidhah (Syi'ah) tersebut telah
memasok senjata, tentara dan dana untuk rezim Basyar Asad. Sebagian dari
tentara Iran dan Hizbus Syaitan itu telah tewas di tangan para mujahidin di
Suriah. Beberapa foto-foto telah berhasil merekam dan mengungkap keterlibatan
tentara Hizbus Syaitan dalam membunuhi rakyat Suriah. Iran telah menyuplai
pemerintahan Basyar Asad dengan dana sebesar lima milyar dollar AS (sekitar 45
trilyun rupiah, pen). Seperti itu pula dukungan PM al-Maliki Irak
terhadap pemerintahan Basyar Asad. Rusia juga menyuplai senjata dan kapal-kapal
perang serta dana untuk mempertahankan pemerintahan Basyar Asad yang zhalim.
China juga berbuat hal yang sama. Sedangkan sikap negara-negara Arab dan Islam
sebagian besar berkhianat terhadap perjuangan ini serta lemah dan pasif (tidak
memberikan pembelaan terhadap rakyat muslim Suriah yang tertindas). Tidak
sebagaimana Iran, Rusia dan Hizbus Syaitan yang dengan terang-terangan dan
gigih membela rezim Basyar Asad. Akan tetapi meskipun demikian, orang-orang
yang berjiwa mulia dari kalangan rakyat di negara-negara Arab dan muslim
seperti Kuwait, Saudi, Qatar, Yordan, Libia, Turki dan Indonesia telah
memberikan sumbangan bantuan kemanusiaan dan medis serta dana untuk menyantuni
anak-anak yatim, para janda dan korban-korban terluka. Akan tetapi
bantuan-bantuan tersebut masih terhitung sedikit sekali jika dibandingkan
dengan kebutuhan riil mereka karena kejahatan-kejahatan Basyar Asad benar-benar
dahsyat, meluas dan parah sekali.
Sebagian kalangan di Indonesia berpendapat
bahwa apa yang terjadi di Suriah sekarang tidak lain adalah skenario Amerika
yang bertujuan untuk memecah belah kaum muslimin, oleh karena itu kita mesti
mendukung Presiden Basyar Asad karena dialah penguasa yang sah. Bagaimana pendapat
anda tentang ini?
Ghayyats: Pendapat seperti ini jelas keliru dan sama sekali tidak
sesuai dengan realita. Demonstrasi yang terjadi di negeri Suriah ini murni
gerakan rakyat yang telah habis kesabarannya atas penindasan dan kezhaliman
rezim Basyar Asad dan ayahnya, Hafizh Asad. Sama sekali tidak ada campur tangan
Amerika di dalamnya. Sebagai bukti yang jelas adalah Amerika dan juga
negara-negara Eropa tidak pernah memberikan bantuan dalam bentuk apapun untuk
para demonstran Suriah. Mereka hanya mengeluarkan pernyataan-pernyataan saja
bahwa mereka bersama para demonstran Suriah yang menuntut hak-hak dan kebebasan
rakyat. Akan tetapi mereka tidak menyumbangkan apa-apa selain ucapan dan
pernyataan pers saja. Di balik itu Amerika bediri bersama Rusia dan Cina dalam
manuver-manuver politiknya dan menebar kebohongan. Yang harus diketahui oleh
kita semua adalah bahwa Amerika dan Eropa sangat tidak menginginkan jatuhnya
pemerintahan Suriah ke tangan kaum muslimin Ahlus Sunnah. Oleh karena itu,
mereka sama sekali tidak mendukung para pejuang revolusi. Mereka justru sibuk
membahas dan merancang sebuah proposal tentang bagaimana sebaiknya pemerintahan
pasca Basyar Asad.
Bantuan apakah yang dapat disumbangkan oleh rakyat muslim
Indonesia untuk saudara-saudara mereka di Suriah?
Ghayyats: Sesungguhnya perjuangan kaum muslimin Suriah dalam
menentang kezhaliman dan kejahatan Basyar Asad adalah perjuangan yang berat dan
memakan banyak korban. Tidak sedikit para wanita Suriah yang menjadi janda
karena gugurnya suami-suami mereka di medan perjuangan. Tidak sedikit pula
anak-anak Suriah yang kehilangan ayah atau ibu mereka. Tidak sedikit di antara
pejuang Suriah yang luka-luka dan membutuhkan pengobatan serta perawatan.
Puluhan ribu di antara mereka mengungsi dan kondisi mereka di tempat
pengungsian sangat tidak menentu. Mereka sangat membutuhkan makanan, air
bersih, obat-obatan dan bantuan kemanusiaan lainnya. Dan gelombang atau arus
pengungsi ini terus bertambah setiap harinya. Oleh karena itu telah menjadi kewajiban
bagi setiap kaum muslimin di negeri manapun mereka tinggal untuk membela
saudara-saudara mereka yang tertindas di Suriah, mereka adalah rakyat sipil
yang tak berdosa yang setiap harinya digiring kepada kematian dan diperangi
oleh tentara yang zhalim. Oleh karena itu, kami menghimbau para ulama, da’i,
wartawan (para jurnalis), para pengelola media massa dan semua kalangan di
Indonesia untuk berbicara dan mengungkap tentang kejahatan-kejahatan Basyar
Asad dan kezhaliman berat yang mereka timpakan kepada rakyat muslim Suriah.
Juga doa-doa dari kaum muslimin sangat kami nantikan agar Allah menolong para
mujahidin, meneguhkan kaki-kaki mereka dan melindungi rakyat muslim yang lemah
dan tertindas serta agar Allah menimpakan
kekalahan bagi rezim Basyar Asad yang zhalim dan para pembelanya. Sesungguhnya
doa-doa dari kaum muslimin bagaikan anak-anak panah yang dengan tepat mengarah
pada dada-dada tentara yang zhalim. Juga bantuan berupa harta dan obat-obatan
serta bantuan kemanusiaan lainnya sangat dinantikan oleh rakyat muslim Suriah
yang sedang tertindas. Inilah saatnya kita membuktikan rasa persaudaraan
(ukhuwah Islamiyah) di antara sesama kaum muslimin, sebagaimana yang disabdakan
oleh Rasulullah bahwa perumpamaan orang-orang yang beriman
dalam hal saling menyayangi dan mengasihi bagaikan tubuh yang satu, jika salah
satu dari anggota tubuh tersebut mengeluh sakit maka sekujur tubuh itu pun juga
ikut merasakan sakit dan demam serta tak dapat tidur.
Demikianlah wawancara tertulis kami dengan Syekh Ghayyats
Abdul Baqi, warga Suriah yang juga seorang akitivis kemanusiaan dari Yayasan
Hilal Ahmar. Pewawancara dari Radio Fajri: Ibrahim Bafadhol.
Tidakkah hati kita terpanggil untuk meringankan penderitaan saudara-saudara
kita kaum muslimin di Suriah? Akankah kita membiarkan mereka kelaparan dan
tersia-sia? Apa yang akan kita jawab di hadapan Allah kelak jika Dia menanyai
kita tentang peran kita?
Salurkan donasi Anda untuk mereka pada no.rekening berikut:
Bank Syari’ah Mandiri, dengan no.rekening 7038.9883.97
Atas nama: Yayasan Hilal Ahmar.
Contac person: 0838 9999 8830.
Setiap infaq yang Anda salurkan akan menjadi pemberat timbangan amal Anda
di hari kiamat kelak..
nice post gan :D
ReplyDeleteInfo yang harus disebar luaskan khy (@,@)/
ReplyDeleteI don’t know how should I give you thanks! I am totally stunned by your article. You saved my time. Thanks a million for sharing this article.
ReplyDeleteBlogging is the new poetry. I find it wonderful and amazing in many ways.
ReplyDelete