Adab Murid Kepada Guru, Berdasarkan Al-Qur'an, Hadits dan Aqwal Ulama.




ADAB MURID KEPADA GURU

BERDASARKAN AL-QUR’AN, HADITS DAN AQWAL ULAMA

Yusuf Supriadi, S.Pd.I., Lc., M.A.

 

1. Menghormati dan memuliakan guru.

Dalil Al-Qur'an

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ

“Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

(QS. Az-Zumar: 9)

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ.

"Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang lebih tua di antara kami, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak ulama kami." (HR. Ahmad)

Imam Syafi’i Berkata :

كنت أصفح الورقة بين يدي وكيع صفحًا رفيقًا هيبةً له أن يسمع وقعها

“Aku membalik halaman di hadapan guruku Waki‘ secara perlahan karena segan jika suaranya terdengar olehnya.”Siyar A‘lam an-Nubalā’, 10/16

Di antara bentuk penghormatan adalah mengucapkan Salam terlebih dahulu.

Berdasarkan Hadis Nabi ﷺ:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:

"يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

Artinya: “Yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang sedikit kepada yang banyak.” (HR. Bukhori Muslim).

Maka seorang murid, karena lebih muda atau lebih rendah derajatnya dalam ilmu, beradab dengan mendahului salam kepada gurunya.

Imam Nawawi رحمه الله berkata:

"ويستحبّ أن يُسلّمَ على الشيخِ أولَ قدومِهِ عليه، وعلى الحاضرين، ثم يُسلِّم عند انصرافِه."

"Termasuk adab dalam majelis ilmu adalah murid mendahului mengucapkan salam kepada syaikhnya dan kepada orang lain yang hadir." (Al-Majmū‘ Syarah Muhadzab, jilid 1, halaman 38)

2. Tidak menyela pembicaraan guru

Ibnu Jama’ah Berkata :

ولا يتكلم وهو يعلّم إلا أن يسأله

“Tidak boleh murid berbicara ketika guru sedang mengajar kecuali jika ditanya.”

تذكرة السامع والمتكلم، ص: 67

 

Syaikh Bakar bin ‘Abdillah Abu Zaid berkata :

ومن أدب الطالب مع شيخه أن لا يكثر عليه الأسئلة، ولا يلح عليه في الجواب، ولا يقطع عليه الحديث

"Di antara adab murid kepada gurunya adalah tidak terlalu banyak bertanya, tidak mendesak dalam meminta jawaban, dan tidak memotong perkataannya." – Hilyah Thalib al-‘Ilm, hlm. 52

 

3. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Dalil Al-Qur'an

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا

“Apabila Al-Qur’an dibacakan, maka dengarkanlah dan diamlah.”

(QS. Al-A‘rāf: 204)


4. Bersabar dalam belajar

Dalil Al-Qur'an

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم

“Dan bersabarlah bersama orang-orang yang menyeru Rabb-nya…”

(QS. Al-Kahfi: 28)

Berkata Imam Syafi’I :

لن تنال العلم إلا بستةٍ: ذكاءٍ وحرصٍ واجتهادٍ وبلغةٍ وصحبة أستاذٍ وطول زمان

“Engkau takkan memperoleh ilmu kecuali dengan enam hal: kecerdasan, semangat, kesungguhan, biaya, bersahabat dengan guru, dan waktu yang panjang.” ديوان الإمام الشافعي


6. Mendoakan guru

Dalil Hadis

مَن صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ، فَادْعُوا لَهُ

“Siapa yang berbuat kebaikan kepadamu, maka balaslah dia. Jika engkau tidak mampu membalasnya, maka doakan dia.” (HR. Abu Dawud no. 1672, Ahmad no. 19914 – shahih)

Al-Khotib Al Baghdadi Berkata

وينبغي للطالب أن يدعو لمعلمه ويثني عليه

“Selayaknya murid mendoakan gurunya dan memujinya.”

الجامع لأخلاق الراوي 2/256


7. Tidak memanggil guru dengan namanya langsung

 Dalil Qiyas Al-Qur'an

لَا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُم بَعْضًا

“Janganlah kalian memanggil Rasul sebagaimana kalian memanggil satu sama lain.”

(QS. An-Nūr: 63)

Penjelasan

Ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat ini melarang bersikap biasa kepada orang yang dimuliakan seperti guru. Maka memanggil guru dengan "Pak", "Ustadz", atau “Syekh” adalah bagian dari adab. Tafsir Ibn Katsir, QS. An-Nur: 63

 

8. Menyembunyikan kesalahan guru selama bukan bid‘ah atau kesesatan, jangan menghibah.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

Imam Ibnu Asakir Mengakatan :

اعلم يا أخي وفقنا الله وإياك أن لحوم العلماء مسمومة

“Ketahuilah wahai saudaraku, semoga Allah memberi taufik kepadamu dan kepadaku, bahwa daging para ulama itu beracun…”تبين كذب المفتري، ص: 29


9. Mendatangi guru, bukan menyuruh guru mendatangi murid

Seperti Nabi Musa 'alaihis salam yang mendatangi dan merendahkan diri di hadapan Khidr untuk belajar.

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

"Musa berkata kepadanya: 'Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?'"

(QS. Al-Kahfi: 66)

Dahulu para sahabat pun datang ke majelis Rasulullah

عن أبي سعيدٍ الخُدريِّ قالَ: جاءَ ناسٌ من الأنصارِ إلى رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يسألونهُ

"Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Datang beberapa orang dari kalangan Anshar kepada Rasulullah untuk bertanya…"(HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Az-Zurhri Berkata :

كان العلماء يطلبون العلم فيأتي أحدهم إلى باب العالم فيقعد ينتظر خروجه

“Dulu para penuntut ilmu mendatangi pintu ulama, dan duduk menunggu keluarnya.”

الجامع للخطيب البغدادي 2/370


10. Berpakaian rapih, rambut rapih ketika datang menemui guru.

diriwayatkan oleh Umar bin al-Khaththab:

بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ، إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ، شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ، لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ...

"Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah , tiba-tiba datang seorang laki-laki yang sangat putih pakaiannya, sangat hitam rambutnya, tidak tampak padanya tanda-tanda safar, dan tidak seorang pun dari kami mengenalnya..." (HR. Muslim, no. 8)

11. Tidak menyebarkan ilmu dari guru sebelum memahaminya baik-baik.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya." (QS. Al-Isra: 36)

 

Berkata Imam Malik :

كم من طالب علم أفسد العلم

“Betapa banyak penuntut ilmu yang justru merusak ilmu, karena dia salah faham.”

جامع بيان العلم وفضله 2/122


12. Jangan berbohong atas nama guru. Misal guru ngarain A, kamu ngakunya guru ngajarin B.

Dalilnya Qiyas dari hadits.

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhori Muslim)

 

13. Jangan memamerkan dan menyombongkan ilmu di hadapan guru, misalnya merasa lebih pintar dari guru.

«من طلب العلم ليباهي به العلماء، أو ليماري به السفهاء، أو ليصرف به وجوه الناس إليه، أدخله الله النار»

"Barang siapa yang mencari ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau agar manusia memandang kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka."HR. Ibnu Majah


14. Boleh minta didoakan oleh guru agar jadi murid yang pintar.

Sebagaimana Ibnu Abbas didoakan oleh Nabi.

اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيلَ

"Ya Allah, berilah dia (Ibnu Abbas) pemahaman dalam agama dan ajarkanlah kepadanya tafsir (al-Qur’an)."HR. al-Bukhari no. 143, Muslim no. 2477

Komentar