Oleh : Yusuf Supriadi, S.Pd.I., Lc., M.A. Kemerdekaan adalah nikmat besar dari Allah yang wajib disyukuri dengan tindakan nyata, bukan sekadar seremonial tahunan. Syukur atas nikmat ini ditunjukkan dengan bertakwa, meninggalkan maksiat, dan membangun kehidupan yang sesuai dengan syariat Islam.
Di tengah bangsa yang merdeka, kita bisa beribadah dengan leluasa, menuntut ilmu dengan tenang, dan membangun masa depan dengan penuh harapan. Namun, nikmat ini bisa menjadi azab jika tidak disyukuri.
Berikut ini beberapa langkah nyata untuk mensyukuri dan mengisi nikmat kemerdekaan menurut pandangan Islam:
1. Dengan Menegakkan Tauhid.
Kemerdekaan sejati adalah ketika hati terlepas dari penghambaan kepada selain Allah. Tak ada artinya bebas dari penjajah secara fisik, tapi secara aqidah masih terjajah oleh tunah selain Alloh.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”— (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Tujuan utama hidup manusia adalah beribadah kepada Allah. Maka, kemerdekaan hakiki bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi bebas dari perbudakan hawa nafsu, dunia, dan sesembahan selain Allah.
2. Melaksanakan Amal Soleh dengan landasan Iman.
Ketika kita bebas dari penjajahan lahiriah, maka kesempatan untuk menunaikan ketaatan dengan lebih leluasa. Maka, nikmat ini semestinya mendorong kita untuk menjadi pribadi yang taat dan penuh rasa syukur, mengisinya dengan amal sholeh.
Dalilnya ada dalam firman Allah ﷻ:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka pasti Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sungguh akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. An-Naḥl: 97)• Ibnu Katsir menjelaskan: kehidupan yang baik di dunia itu berupa kelapangan rezeki, ketenangan hati, keberkahan, dan kebahagiaan sejati, meskipun secara materi kadang sederhana.
• Al-Sa‘di menafsirkan: kehidupan baik ini adalah rasa qana‘ah, hati yang tenteram dengan dzikir, kasih sayang Allah, serta keberkahan dalam umur dan rezeki.
• Dan di akhirat, Allah akan membalas dengan surga.
3. Mengisinya dengan Bertaubat dan Meninggalkan Maksiat
Kemerdekaan adalah nikmat dari Alloh. Dan Nikmat tak akan bertahan jika maksiat dibiarkan.
Sebagian ulama rahimahullah berkata,
وَمِنْ عُقُوبَاتِ الذُّنُوبِ: أَنَّهَا تُزِيلُ النِّعَمَ، وَتُحِلُّ النِّقَمَ
“Salah satu hukuman dari dosa adalah hilangnya nikmat dan datangnya bencana.”Sehingga kemerdekaan bukan diisi dengan pesta dan maksiat, melainkan perbanyak taubat. Dan justru inilah yang menjadikan nikmat kemerdekaan dan kesejahteraan akan bertahan. Sebaliknya dosa dan maksiat membuatnya sirna.
Alloh berfirman :
وَلَقَدۡ أَهۡلَكۡنَا ٱلۡقُرُونَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَمَّا ظَلَمُواْ
“Dan sungguh, Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu ketika mereka berbuat zalim” (QS. Yunus : 13)
Kemerdekaan harus menjadi momentum untuk membersihkan diri dan masyarakat dari dosa yang tersembunyi maupun terang-terangan.
4. Menjadi Muslim yang Menjalankan Syariat Islam dengan Benar.
Kemerdekaan memberi ruang bagi kita untuk hidup sesuai tuntunan agama. Di negeri ini, kita bebas untuk menegakkan salat, menutup aurat, mendidik anak dengan nilai Islam, dan berdakwah tanpa harus bersembunyi. Maka, tidak ada alasan untuk tidak menjalani hidup sebagai Muslim yang taat.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ
“Dan sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, (Al-A’rof : 96)5. Mendoakan dan mendukung Negeri-Negeri yang Belum Merdeka
Mensyukuri kemerdekaan bukan hanya dengan berpesta atau mengikuti upacara, tapi dengan menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap mereka yang belum merasakan nikmat yang sama. Karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Tidaklah salah seorang dari kalian benar-benar beriman, sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45)“Barang siapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk surga, hendaknya ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan Hari Akhir, dan hendaknya ia memperlakukan manusia sebagaimana ia senang diperlakukan oleh mereka.” (HR. Muslim, no. 1844)
Membela Palestina adalah bentuk nyata dari ukhuwah Islamiyah, karena mereka adalah saudara seiman yang sedang tertindas. Di sana juga terdapat Masjid Al-Aqsha, kiblat pertama dan salah satu dari tiga masjid suci yang dimuliakan dalam Islam. Membantu mereka berarti menjaga kehormatan simbol-simbol agama dan tanah suci umat Islam. Islam memerintahkan kita untuk membela kaum yang lemah dan terzalimi. Maka, membela Palestina adalah bagian dari iman, syukur atas kemerdekaan, dan tanggung jawab bersama umat Islam.
6. Memperdalam Ilmu. Kemerdekaan memberikan kita kebebasan dan membuka kesempatan luas untuk terus meningkatkan ilmu.
Oleh karena itu mari kita isi dengan terus belajar ilmu.
Suatu bangsa akan disegani oleh bangsa lain bukan karena jumlah penduduknya, bukan pula semata karena kekayaannya, tetapi karena ilmu pengetahuan.
Sejarah Islam membuktikan: ketika umat Islam berilmu, beriman dan bertakwa, mereka menjadi pemimpin peradaban dunia selama berabad-abad. Kota-kota Islam seperti Baghdad, Kairo, dan Andalusia menjadi pusat ilmu yang dikagumi bangsa-bangsa lain. Namun ketika umat meninggalkan ilmu, kebodohan merajalela, maka kehinaan pun menimpa kita.
Hal ini sesuai janji Allah Ta’ala
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al-Mujadilah : 11)7. Berkarya Nyata. Dan terakhir, hendaknya kita mengisi kemerdekaan dengan terus berkarya, dengan karya yang menfanfaat untuk manusia dan anak keturunan kita. Sebagaimana dalam hadits :
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ibn Hibban)
Di antara karya yang sangat berguna bagi kita adalah ibadah-ibadah yang terus mengalirkan pahala
Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam menyebutkan tujuh perkara yang akan tetap mengalir pahalanya, meskipun seorang hamba sudah berada di dalam kubur setelah kematian menjemputnya. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
سَبْعٌ يَجْرِي لِلْعَبْدِ أَجْرُهُنَّ وَهُوَ فِي قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ
مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا، أَوْ أَجْرَى نَهْرًا، أَوْ حَفَرَ بِئْرًا، أَوْ غَرَسَ نَخْلًا، أَوْ بَنَى مَسْجِدًا، أَوْ وَرَّثَ مُصْحَفًا، أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ.
“Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba, meskipun ia berbaring di lubang kuburan setelah meninggal: (1) mengajarkan ilmu (mengajar, menulis buku, membangun madrasah), (2) mengalirkan air sungai, (3) membuat sumur, (4) menanam kurma, (5) membangun masjid, (6) membagikan mushaf Al-Qur’an, atau (7) meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia meninggal. “ (HR. Al-Bazzar. Dinilai hasan oleh Al-Albani).Renungkanlah wahai saudaraku muslim mengenai amal-amal yang mulia ini. Pastikan bahwa kita memiliki andil bagian dalam mengamalkannya selama hidup di dunia.
Komentar
Posting Komentar